Black October: Kemana Pulsa Saya?

Black October: Kemana Pulsa Saya?

Pernah membeli pulsa Rp 50 ribu dan setibanya di rumah ketika Anda mengecek saldo pulsa hanya tinggal Rp 36 ribu? Atau tiba-tiba Anda punya ringback tone lagu dangdut padahal Anda tidak pernah memesannya?

     Jika pernah, maka Anda telah menjadi korban serangkaian aksi “perampokan” uang masyarakat oleh content provider. Dalam bisnisnya, mereka berbagi keuntungan dengan para operator seluler. Tak tanggung tanggung, besar duit masyarakat yang tersedot oleh praktik busuk seluler ini hingga lebih dan satu triliun! Bagaimana modus konspirasi seperti ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun? Bahkan, menjadi sumber pemasukan lebih kurang 7% dari total pendapatan operator seluler. Jika diuangkan bisa mencapai 3 hingga 4 triliun per tahun?

    Pemotongan otomatis ringback tone. Modus ini terjadi ketika membeli pulsa prabayar, misalnya 50 ribu rupiah, namun nilai rill yang dimiliki hanya sekitar 36 ribu rupiah. Nah, ke mana perginya 14 ribu? Selidik punya selidik ternyata tanpa seizin konsumen, uang itu langsung dipotong untuk berlangganan konten ringback tone. Padahal Anda tidak pernah memintanya!
    Tanpa disadari, Anda telah berlangganan sebuah atau beberapa ringback tone atau Nada Sambung Pribadi (NSP). Padahal, sekalipun Anda tidak pernah melakukan pembelian layanan atau menyetujui sebuah permintaan berlangganan. ini bukan isapan jempol, karena seorang Kabareskrim, Brigjen Sutarman pernah terkaget-kaget karena tiba-tiba la memiliki ringback tone lagu dangdut!
     Penipuan melalui promo games murah. Modus menjual games murah ternyata hanya kedok karena sesungguhnya yang dibayar pengguna adalah sebuah layanan iklan. Caranya dengan menekan *554*1#. Anda dijanjikan mendapatkan satu games menarik dengan harga yang hanya seribu perak. Faktanya, isinya hanya iklan, dan di akhir iklan tertera kalimat: Jika Anda ingin berhenti ketik Unreg Game.
      Pengiriman SMS seolah-olah nyasar. Nah, ini menarik karena terkadang kita iseng membalas atau memaki pengirim SMS seperti, “Mama kecelakaan, tolong kirimkan pulsa ke nomor...” atau “Tolong uangnya di-transfer saja ke rekening...” atau ada juga “Mama di kantor polisi, nggak usah telepon balik ini pakai nomor orang lain. Kirimkan saja pulsa ke...”. Ketika Anda membalasnya atau sekadar memaki-maki si pengirim SMS nyasar ini, sebenarnya dengan tanpa Anda sadari, pulsa Anda telah terpotong SMS premium sebesar dua ribu rupiah sekali SMS. Celakanya lagi, sekali Anda membalas SMS maka tanpa perlu REG UNREG, pulsa Anda akan terus di-hack dan disedot melalui software khusus yang dirancang untuk mencuri pulsa ini.
       Menyuntikkan malware dalam konten yang didownload. Modus ini tergolong tidak konvensional, bahkan polisi geleng-geleng kepala dibuatnya. Para pencuri ini menyusupkan malware buatan khusus ke dalam konten-konten murah dan menarik perhatian konsumen untuk mengunduh. Ketika konten tersebut diunduh, maka malware ganas itu masuk ke dalam ponsel dan otomatis membajak isi gadget Anda. Dia bisa mengirimkan SMS premium berulang-ulang tanpa Anda sadari, bisa mencuri data-data pribadi dalam gadget, menghack SMS, dan sebagainya yang sama sekali tidak Anda sadari. Sampai akhirnya, Anda terlompat kaget dengan jumlah tagihan pulsa Anda.
        Anda akan merasa sulit untuk UNREG dan ketika Anda menghubungi customer service operator maka Anda tidak akan mendapatkan jawaban memuaskan. Karena, operator akan melemparkan kesalahan kepada content provider yang menjual konten-konten itu. Aneh, padahal peraturannya jelas melarang content provider berhubungan Iangsung dengan pengguna. Layanan konten yang jelas merupakan proyek kerjasama bagi hasil antara operator seluler dengan content provider! Maka tak heran, BRTI (Badan Regulasi Telemunikasi Indonesia) menjatuhkan vonis untuk menutup sementara seluruh layanan konten premium kepada seluruh operator seIuer. Bulan Oktober 2011 menjadi badai tsunami bagi operator seluler dan content provider karena BRTI membekukan sementara layanan konten premium. Meskipun, sejumlah musisi berteriak kencang karena takut kehilangan pendapatan royalti dan ringback tone dan NSP yang juga ikut dihentikan sementara. Tragedi itu kemudian dipanggil sebagal Black October.

0 comments:

Post a Comment