Cina VS AS Di Laut Cina Selatan

Cina VS AS Di Laut Cina Selatan

Konspirasi - Tahun 2020 pemerintah AS bertekad untuk memperbesar porsi penempatan armada perangnya di kawasan Pasifik.

Jika ini dilakukan, tampaknya AS ingin unjuk kekuatan militernya di kawasan Asia. Untuk misi ini maka Laut Cina Selatan menjadi sangat strategis untuk dikuasai oleh AS melalui boneka-bonekanya di Asia Tenggara. Ambisi besar tersebut spontan mendapat reaksi keras dari Cina yang juga sedang gencar-gencarnya memperkuat pertahanannya di kawasan Asia. Khususnya, di wilayah Laut Cina Selatan yang menjadi biang sengketa dengan sejumlah negara termasuk Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Meskipun AS berdalih bahwa tindakannya bukan dimaksudkan untuk menanamkan pengaruh lebih besar di kawasan Asia. Namun, dunia dapat melihat secara telanjang bahwa AS ingin mengimbangi kekuatan militer Cina yang mulai mengkhawatirkan bagi kedigjayaan AS sendiri.

Rencana AS untuk menanamkan sistem anti-rudal di Jepang semakin mengembuskan kengerian perang dingin antar dua kekuatan raksasa. Sistem anti-rudal itu didalihkan untuk upaya pertahanan diri dari ancaman Korea Utara, namun secara tersamar para pengamat militer mengatakan bahwa tindakan itu merupakan langkah AS untuk membendung kekuatan militer Cina yang sangat ditakuti tidak hanya di Asia namun juga AS. Jika sistem itu bisa dilakukan di Jepang, yang notabene merupakan sahabat AS di Asia. Hasilnya, jangkauan persenjataan AS akan semakin lebar untuk melawan Cina, jika suatu saat perang benar-benar terjadi.

Cina sendiri sangat berkepentingan menguasai Asia dengan egala cara untuk mempertahankan ekonominya. Cina pernah dengan sangat angkuh menyatakan di tahun 2010 lalu di hadapan para Menteri Luar Negeri Asean, "...kalian harus mengerti kami adalah negara besar dan kalian adalah negara-negara kecil." Meskipun tidak secara formal, namun peringatan itu seolah-olah memberi pertanda pengendalian Asia dengan kekuatan militer. Hnya tinggal masalah waktu bagi Cina karena secara ekonomi, Cina sudah menjajah hampir seluruh negara Asia Pasifik. Kuncinya adalah bagaimana Cina bisa memecah belah ASEAN agar tidak solid. Kamboja menjadi sekutu Cina yang menyebabkan komunike ASEAN deadlock (buntu) mengenai sengketa wilayah di Laut Cina Selatan antara Cina dan empat negara ASEAN yaitu Malaysia, Brunei, Filipina, dan Vietnam. Cina ngotot mengkalaim bahwa seluruh kawasan itu adalah miliknya. Selain itu, Cina juga menyimpan tensi sengketa panas dengan Jepang di Laut Cina Timur.

Kamboja bersikeras menolak pembahasan ASEAN terhadap isu Laut Cina Selatan. Ini membuat Filiipna dan Vietnam berang luar biasa kemudian menuduh Kamboja sedang memainkan kepentingan Cina di ASEAN. Kamboja telah 'dibeli' dengan kekayaan Cina berupa gelontoran pinjaman lunak dan dana hibah ratusan juta dolar yang menggoyahkan kesetiaan Kamboja pada ASEAN. Sementara itu, AS berusaha 'membeli' Vietnam agar mau membuka Teluk Cam Ranh sebagai tempat perawatan kapal militer AS, meskipun banyak orang mencurigai upaya ini sebagai kamuflase  agar AS bisa menjadikan Vietnam sebagai salah satu titik operasi militer di Asia setelah Jepang, Filipina, Singapura dan Australia. Mengingat Vietnam, Jepang, dan Filipina memiliki kebencian terpendam terhadap Cina. Sepertinya, fenomena blok-blokan seperti AS (blok Barat) dan Uni Soviet (blok Timur) akan kembali menghantui kawasan Asia, kawasan yang diprediksi akan menjadi pengendali ekonomi dunia masa depan. Kali ini, peran Uni Soviet (Rusia) diambil alih oleh Cina. Gejalanya semakin terasa ketika negara-negara yang berkonflik dengan Cina semua sudah meningkatkan anggaran belanja untuk memperkuat sistem persenjataan masing-masing.

Peta perpecahan blok sudah mengental di kawasan Asia. Singapura, Filipina dan Thailand yang jelas pro ke AS. Sementara Vietnam yang memiliki trauma perang dengan AS, terbilang masih dilematis. Terletak pada AS terlihat dari pembelian pesawat tempur dan persenjataan berat yang dilakukan Vietnam yang justru dari Rusia. Namun jika harus memilih, tentu kebencian Vietnam terhadap Cina akan membuat mereka lebih memilih AS. Malaysia pun masih malu-malu berpihak pada AS sehingga memilih membeli piranti tempur dari Perancis dan Rusia ketimbang AS. Meskipun 'benci' Malaysia jelas memiliki sengketa wiliayah dengan Cina. Tinggallah Indonesia yang masih netral. AS setegah mati mengambil hati Indonesia dengan cara memberikan hibah 24 jet tempur F16. Namun, Indonesia punya trauma mendalam karena AS terkenal sering kesal main embargo seenaknya, sehingga Indonesia sempat lama mengalami keusangan persenjataan karena tidak mendapatkan pasokan amunisi dan suku cadang dari AS. Cina tak mau tertinggal mengambil hati negara terbesar di ASEAN ini. Tawarannya menggiurkan dan sangat dibutuhkan militer Indonesia, yaitu transfer teknologi pembuatan rudal anti kapal C-705, teknologi rudal yang sama sekali belum dikuasai oleh para pemilik negeri ini.

Peran Indonesia akan sangat menentukan perimbangan kekuatan antara AS dan Cina di kawasan Laut Cina Selatan. Perairan elok yang dipercaya memiliki cadangan minyak mentah mencapai 17,7 miliar ton. Jauh lebih besar dari jumlah minyak mentah di negeri kaya raya Kuwait yang 'hanya' 13 miliar ton. Menguasai Laut Cina Selatan berarti menguasai perairan palingpadat dan tersibuk di dunia. Kelimpahan ekonomi luar biasa akan menjadi milik negara yang menguasai Laut Cina Selatan.

0 comments:

Post a Comment