Intelijen AS di Balik Pemberontakan Permesta

Intelijen AS di Balik Pemberontakan Permesta


Konspirasi - Sebelum campur tangan intelijen AS pada peristiwa G-30 S-PKI tahun 1965, tanda-tanda kelancangan AS sudah terjadi hampir satu dekade sebelum itu. Tepatnya pada tahun 1957-1958 ketika perang Indonesia menghadapi Pemberontakan Permesta yang berpusat di Sulawesi Utara dan Tengah.

Pimpinan permesta (Piagam Perjuangan Semesta) ketika itu dikendalikan oleh Letkol Ventje Samuel. Samuel mendeklarasikan Permesta pada tanggal 2 Maret 1957 di Makassar. Motif pemberontakan disebabkan oleh kelalaian rezim Soekarno ketika itu yang menyebabkan kesenjangan pembangunan di daerah-daerah. Kondisi tersebut menyebabkan maraknya paham komunisme yang memiliki jargon sosialis, bahwa kemakmuran bukanlah milik tuan-tuan tanah dan menyengsarakan rakyat jelata dari golongan buruh dan tani. Adanya bau komunisme yang menjadi isu Perlawanan Permesta membuat AS gatal ingin membantu menjatuhkan pemerintahan Soekarno. Tentu, semua dilakukan dengan napas intelijen yang bekerja dalam hening dan akan mengingkari semua fakta jika pada akhirnya ketahuan.

Orang yang diutus adalah seorang pilot bernama Allen Lawrence Pope, Kelahiran Miami Oktober 1928. Keberaniannya di perang Vietnam membuat CIA merekrutnya untuk misi ke Indonesia. Ia digabungkan dalam Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) dibawah komando Mayor Petit Muharto. Tugasnya menerbangkan pesawat pembom B-26 Invander untuk melengkapi Skuadron Mustang P-51 bantuan AS untuk Semesta. Apes bagi Pope, ketika pada misi pemboman di tanggal 18 Mei 1958 untuk menghancurkan armada kapal perang RI untuk membebaskan lapangan terbang Morotai, ternyata ia bertemu sialnya. Perlawanan sengit dilancarkan armada kapal dan seluruh awaknya. Berbagai peluru mulai dari anti pesawat hingga peluru pistol kru kapal semua terarah memberondong B-26 Invander yang dipiloti Pope dan Harry Rantung. Pesawat Pope akhirnya menyerah diberondong peluru yang dimuntahkan oleh Kapten Ignatius Dewanto dan Mustang P-51 miliknya.

Tertangkapnya Pope menimbulkan kemarahan bagi Soekarno. "Mengapa, penerbang AS membantu pemberontak dan membunuhi orang-orang Indonesia?" geram Soekarno. Dubes AS yang disemprot beralasan bahwa AS mendengar Soekarno telah menjadi komunis dan AS berkepentingan untuk mencegahnya. Mendengar itu, Soekarno meradang dan mengatakan bahwa dirinya dulu yang memberantas gerakan komunisme di tahun 1948.

Sebenarnya, rezim CIA di bawah presiden Einsenhower berusaha cuci tangan dan menuduh bahwa Pope mungkin saja adalah tentara bayaran asing yang disewa oleh Permesta. CIA sendiri memiliki prosedur ketat agar setiap intelijen yang tertangkap tidak akan pernah diketahui sebagai agen mereka. Namun entah mengapa, Pope ketika itu justru dengan sengaja mengantongi beberapa identitas seperti surat keterangan izin memasuki pangkalan udara AS di filipina dan selembar kartu klub perwira.
Dari identitas itulah akhirnya diketahui bahwa Pope adalah mata-mata AS yang dikirim untuk membantu menggulingkan pemerintahan Soekarno. Segera saja kebocoran ini menjadi skandal spionase Internasional. AS sangat malu karena tertangkap basah ingin menjatuhkan rezim sebuah negara berdaulat. Eisenhower tak pernah berhasil membujuk dan berdamai dengan Soekarno, apalagi membebaskan Pope dari tahanan. Baru setelah era berpindahan ke John F. Kennedy, Soekarno berhasil dibujuk untuk membebaskan Pope dan dikembalikan ke AS.

0 comments:

Post a Comment