Skandal Libor
Konspirasi - Segala sesuatu membutuhkan skandal yang bisa menjadi acuan perilaku dan tindakan. Moral membutuhkan agama sebagai acuan.
Masyarakat butuh undang-undang yang menjadi referensi standar dan berlaku hukum. Dalam dunia perbankan butuh acuan untuk menentukan tingkat suku bunga. Namun, apa jadinya jika acuan suku bungan justru dipermainkan sembarangan oleh otoritas penentu hanya untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek yang luar biasa. Itulah yang terjadi selama hampir sepuluh tahun terakhir dan baru terbongkar secara luas pada pertengahan tahun 2012 lalu. Skandal itu bernama LIBOR (London Interbank Offered Rate).
LIBOR merupakan nilai acuan suku bunga pinjaman jangka pendek antar bank yang beranggotakan 16 bank besar paling berpengaruh di AS dan juga zona euro. LIBOR juga termasuk menjadi acuan suku bunga di negara-negara lainnya. Tercatat nama-nama raksasa seperti UBS Swiss, RBS Inggris, Rabobank Belanda, JP Morgan AS, HSBC Inggris, Deutsche Bank Jerman,Citibank, Credit Suisse Swis, Bank of America, dan Barclays Inggris yang menjadi penentu suku bunga. LIBOR adalah suku bunga rata-rata yang harus dibayar oleh bank-bank anggota asosiasi untuk bisa mendapatkan dana-dana jangka pendek dari bank lain. Diperkirakan terdapat perputaran US$800 triliun dolar dana yang mengacu kepada LIBOR.
Bau busuk konspirasi bermula dari terbongkarnya manipulasi suku bunga yang dilakukan oleh Barclays, bank keempat terbesar di dunia. Sejak tahun 2007 mereka telah berkali-kali menyerahkan laporan suku bunga rekayasa yang sengaja dipatok lebih rendah dari semestinya. Skandal Barclays kemudian membawa efek domino yang menghancurkan bagi RBS, Deutsche Bank, JP Morgan, HSBC, UBS, dan juga Citibank. Bukti-bukti menunjukkan bahwa bank-bank itu telah memanipulasi LIBOR untuk mendapatkan keuntungan. Mereka bekerja sama dengan para pialang di bursa-bursa keuangan dunia seperti Wall Street dan berkongkalikong dengan regulator agar manuver mereka bisa ditutup-tutupi dari endusan publik. Persekutuan jahat ini pula yang membuat praktek kotor ini langgeng terjadi hampir 10 tahun lamanya.
Modus skandal LIBOR seperti ini, bank-bank akan menyerahkan suku bunga yang lebih rendah dari semestinya, jika suku bunga tidak benar maka LIBOR yang menjadi penetapan suku bunga dunia jika tidak akurat. Kondisi seperti ini bisa memicu seseorang untuk meminjam lebih besar dari batas kemampuannya. Orang menjadi lebih berani mengambil resiko karena menduga suku bunga rendah. LIBOR mematok rendah menjadikan seolah-olah bank-bank masih bisa mendapatkan dana murah , meskipun dalam kondisi krisis dan uang ketat. Dampaknya, para investor juga seolah diyakinkan bahwa investasi mereka aman pada bank-bank tersebut, sehingga investor tidak buru-buru menarik dananya. Bahkan, mereka terus meningkatkan investasinya karena menduga bahwa bank-bank itu dalam kondisi yang sehat.
Para pialang rakus bekerja sama dengan bankers dan termasuk oknum-oknum penentu kebijakan di Bank Sentral AS dan Bank Sentral Inggris diduga kuat dengan sengaja mendiamkan kondisi ini sejak tahun 2005. Selama itu pula laba luar biasa dikeruk oleh mereka dengan cara membohongi dunia. Bukti-bukti tentang perselingkuhan perbankan ini terbuka luas dengan ditemukannya sejumlah surat-surat elektronik antara pialang dan bankers. Pada bulan agustus 2007 seorang pialang senior RBS menuliskan, " Wah menyenangkan sekali, penetapan LIBOR dapat menghasilkan banyak uang. Ini adalah kartel di London."
Dari mulai sampanye mahal Bolinger hingga seks ditawarkan kepada para bankers agar mau merekayasa suku bunga seperti yang dilakukan seorang pialang senior RBS yang menuliskan dalam suratnya kepada petugas kuotasi (penawaran) bank, "Jika kamu melakukan apa yang saya minta, saya akan datang ke sana dan bercinta denganmu." Praktik-praktik ilegal ini tak mungkin langgeng bila tak ada pelindung. Bahkan, belum pernah ada penyelidikan serius dari otorisasi keuangan meskipun beberapa pihak memperingatkan dari jauh-jauh hari. Mantan bos Federal Reserve New York sudah memperingatkan ada keanehan pada rendahnya suku bunga LIBOR padahal pada masa itu seharusnya suku bunga tinggi karena kebijakan uang ketat akibat krisis. Tak heran, Washington Post menurunkan artikel berjudul The Banking Scandal Wall Street Fears, pada 6 Juli 2012 lalu yang menyatakan bahwa skandal ini merupakan main mata bankir dengan pihak regulator. Tujuannya tak lain untuk melanggengkan konspirasi dengan tujuan mendapatkan dana dengan segala cara, halal maupun haram, untuk selamat dari jurang kemarau likuiditas berkepanjangan akibat krisis.


0 comments:
Post a Comment