Cina: Surga Para Pembajak?

Tunjuk satu negara di peta dunia, dan carilah informasi mengenai peredaran barang-barang palsu yang terjadi di negara itu. Masilnya? Ada satu nama yang muricul di setiap kegundahan akan seluruh barang ilegal di negara itu terhadap maraknya barang-barang palsu, yaitu Cina.

Jika Anda bukan ahli menaksir barang maka anda tidak akan pernah bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu pada jam Rolex, ponsel Nokia, Blackberry, ban Goodyear, Levi’s, kemeja Calvin Klein, tas Hermes, sampo Rejoice, rokok Dunhill, t-shirt Tommy Hilfiger, parfum Hugo Boss, koper Louis Vitton, sparepart Ford, DVD Toshiba, TV LCD Sony, dan... tuliskan semua merek terkenal yang anda ketahui semua di halaman buku ini. Maka, anda akan mendapatkan kenyataan bahwa tidak ada satu pun merek merek itu yang tidak bisa dipalsukan di Cina!

Jepang pernah sangat geram atas aksi pembajakan teknologi sepeda motor Yamaha yang diobrak-abrik manufaktur Cina yang telah meniru habis-habisan dan menjual motor itu dalam jumlah yang berkali-kali lipat Iebih banyak dari yang bisa diproduksi pabrikan Yamaha sendiri. Bayangkan, menurut menteri perekonomian Jepang pada tahun 2002, dari total 11 juta motor produksi Cina, 9 juta motor itu adalah tiruan. Kompensasi apa yang didapat Yamaha atas aksi pencurian yang sudah digugat itu? Hanya US$109 ribu!

Jangan bangga jika anda mengenakan bingkai kacamata merek mentereng Gucci, Versace, Vuitton, St. Laurent, dan seabrek nama beken lainnya yang dibanderol jutaaan rupiah. Mengapa? Karena 80% di antara merek-merek itu adalah produk tiruan dari Cina yang bisa anda dapatkan di kios-kios kumuh dengan harga hanya sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu per bijinya. Bahkan, jika anda membelinya karungan, anda bisa mendapatkan harga fantastis, hanya lima ribu perak per biji! Potret kelam itu bisa anda temui di sepanjang Renmin Road, di Ghuangzhou, Cina.

Ford Motor pun dipusingkan dengan banyaknya klaim kecelakaan akibat suku cadang yang buruk dan juga volume penjualan yang menukik jatuh. Selidik punya selidik, di pasaran suku cadang, merek Ford tercantum di bungkus-bungkus plastik dan juga kardus kemasan produk-produk palsu hasil produksi Cina. Di Sichuan, para pemalsu membuat penjara-penjara palsu untuk memproduksi rokok dengan berbagai merek terkenal. Total produksi rokok palsu Cina mencapai 100 miliar batang setiap tahun! Hebatnya, miliaran batang rokok palsu itu membanjiri banyak negara dengan populasi perokok sangat tinggi, seperti lnggris, Perancis, kawasan Asia, termasuk Indonesia. Hebatnya, para pemalsu rokok itu membayar cukai ke pemerintah.

Banyak yang percaya bahwa penggelembungan ekonomi Cina menjadi yang terbesar di dunia dalam dua dekade ini tak lepas dari kontribusi pencurian paten dan teknologi yang banyak dilakukan perusahaan di sana. Mulai dari kelas home industry hingga raksasa-raksasa bernilal triliunan dolar. Bahwa sumber daya alam Cina melimpah, memang tak dapat dipungkiri. Bahwa buruh Cina termasuk yang paling murah sekolong langit. Bahwa rakyat Cina yang dua miliar itu adalah pasar paling menggiurkan, tak ada yang membantah. Namun, dunia mempertanyakan satu hal penting, “Apakah Cina memiliki orisinalitas ide sendiri?”

Contoh nyata, sebuah distrik bernama Yiwu di cvirsi Zhejiang tadinya merupakan distrik pertanian yang tergolong miskin di Cina. Tiba-tiba saja kawasan itu berubah menjadi distrik industri rumahan dan perdagangan yang hebat. Pertanian ditinggalkan demi memproduksi ratusan ribu jenis produk tiruan dan merek-merek global dalam memenuhi permintaan dua ratus ribu pedagang besar di Cina, setiap hari.

Rakyat menjadi sejahtera dan pemerintah daerah kecipratan pajak yang nilainya sangat jauh lebih menggiurkan daripada hanya mengutip pajak dari para petani miskin. Transforrnasi ekonomi Yiwu segera saja menjadi model yang hendak dicobakan ke sebagian besar daerah pertanian lainnya di Cina. Bagi Cina, ini adalah lompatan kesejahteraan, namun bagi negara asli produsen, itu tak lebih dari legalisasi perampokan hak kekayaan intelektual! Who cares!

Pedulikah Cina dengan kecaman dunia? Mungkin saja. Buktinya, banyak Iangkah-Iangkah Cina yang dipublikasikan telah menyisir kawasan kawasan para pemalsu. Sejumlah produsen ditangkap dan secara besar besaran dipublikasikan ke media. Nyatanya, jumlah barang palsu tidak semakin berkurang, sebaliknya justru semakin mengkhawatirkan. Maka tak salah jika kemudian dunia menuding bahwa pemerintah Cina hanya sekadar bermain-main dan beretorika.

Apa yang dilakukan Cina sesungguhnya tak berbeda dengan apa yang sudah dilakukan oleh para kapitalis dan kolonialis yang akan memanfaatkan peluang apapun. Dulu, barat dengan mudahnya menindas bangsa-bangsa lain dengan model penjajahan bersenjata untuk mewujudkan kesempatan menguasai sumber alam luar biasa dan negara-negara jajahan. Tujuannya, memakmurkan kerajaan mereka sendiri dengan memiskinkan negeri jajahan. Siapa yang peduli! Apa yang dilakukan Cina hari ini, bisa jadi merupakan bentuk pembalasan dendam histonis, meskipun argumentasi ini tidak bisa membenarkan tindakan kejahatan pembajakan.

Salah barat sendiri yang dengan alasan untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda dengan menutup pabrik-pabrik mereka di Amerika dan Eropa untuk pindah ke Cina. Jutaan pengangguran baru di benua barat menjadi harga yang rela dilakukan pemilik moda! barat untuk ditukar de ngan buruh-buruh Cina yang berkali-kali lipat !ebih murah. Sistem liberalisa si ala barat yang bersenjatakan globalisasi menjelma menjadi sistem yang menganibal kehidupan rakyat mereka sendiri. Akibatnya, teknologi yang sebeiumnya tak biša dibayangkan oleh pemikir-pemikir Cina, program-pro gram industri yang paling efisien di dunia, dan modal raksasa yang meng alir masuk ke Cina. Semua ¡tu membuka mata Cina bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang lebih besar daripada hanya menjadi tukang jahit para kapitalis barat. Kemajuan barat yang masuk ke Cina, membuat mereka memiliki kemampuan dan tentu saja kesempatan untuk membuat produk produk yang mirip dengan produk aslinya.

Memang masih perlu dikaji dan dibuktikan bahwa pemerintah Cina ikut menjadi bagian dari pembajakan besar-besaran itu. Namun sulit untuk tidak memercayai bahwa pemerintah Cina mendapatkan manfaat besar dari maraknya praktik pemalsuan. Bisnis barang tiruan di dunia bernilai US$ 250 miliar setiap tahun, dan Cina berkontribusi hingga US$ 80 miliar dari jumlah itu. Dari produsen barang palsu itu, pemerintah dna mendapatkan pajak. Efek dominonya, industri barang palsu di Cina membuka kesempatan kerja kepada puluhan juta warga miskin Cina yang tadinya hanya hidup sebagai buruh tani. Ketika warga memiliki pekerjaan, maka mereka memiliki daya beli untuk mengonsumsi produk barang dan jasa. Anak-anak mereka sekolah, bisa membayar biaya kesehatan, membeli rumah.

Intinya, industi barang palsu di Cina telah mengurangi beban pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya! Nilainya jauh Iebih besar jika pemerintah hanya mengutip pajak dan cukai dan produk-produk asli yang bisa dijual dari para pemegang merek. Cina “hanya” sedang memanfaatkan peluang yang datang ke negeri mereka untuk menyejahterakan rakyat nya. Sama seperti negeri barat dahulu yang menjajah negeri Iemah untuk memperkaya negeri mereka sendiri.

0 comments:

Post a Comment