FIFA ? Ah, sama saja
Hal yang terjadi di PSSI sebenarnya merupakan cerminan organisasi sepakbola dalam skala yang lebih besar seperti FIFA.
Budaya korup, suap, persekongkolan , jegal menjegal dalam bisnis olahraga terbesar sekolong jagat ini memang sudah mendarah daging. Mereka saling bahu membahu menutupi kebusukan masing-masing. Bagaimana tidak, miris ketika mendengar pembelaan dari pimpinan ISL (International Sports and Leisure) bahwa budaya suap di FIFA sudah mengakar sejak tahun 1970-an. ISL sendiri merupakan terdakwa pemberi suap kepada mantan bos FIFA Joao Havelange dan anggota senior KomiteEksekutif FIFA Ricardo Teixeira yang keduanya dari Brazil. ISL sendiri sudah bangkrut sejak tahun 2001. Kasus ini telah disidangkan dan mengungkap permainan kotor para pejabat FIFA dengan media. Kedua mantan pejabat itu menerima suap dengan total akumulasi sejak tahun 1992-2000, sebesar hampir mencapai 400 miliar. Parahnya, FIFA dengan sengaja merahasiakan identitas penerima suap dan tidak menjatuhkan sanksi hingga akhirnya kasus ini terendus oleh penyidik kejaksaan Swiss. FIFA mengajukan banding mengajukan banding agar identitas para penerima suap tidak dibuka, namun Mahkamah Agung Swiss menolaknya sehingga terungkaplah skandal luar biasa memalukan ditubuh induk sepakbola sedunia ini.
Seorang Sepp Balter yang ketika itu masih merupakan Sekretaris Jendral FIFA secara serampangan berkomentar bahwa penyuapan seperti itu tidak melangggar hukum ketika itu. Pernyataan sembrono dan terkesan membela mantan bosnya itu semakin menguatkan bahwa permainan korupsi di tubuh FIFA bukanlah omong kosong. David Larkin, salah seorang Direktur Change FIFA (gerakan FIFA bebas korupsi) tak mengelak ketika mengatakan bahwa Blatter kemungkinan besar menjadi bagian dari sengkarut korupsi di FIFA. Sepp yang sekarang menjadi bos besar FIFA juga tak sepi dari skandal.
Isu panas ini sebenarnya pernah diekspos oleh kantor BBC dari Inggris. Tempo pemberitaan ini dilakukan sebelum pengumuman tuan rumah Piala Dunia 2018 (Rusia) dan 2022 (Qatar). Tetap setelah BBC mempublikasikan secara luas bahwa ada korup di tubuh FIFA sejak tahu 1990-an, sejumlah anggota Komite Eksekutif FIFA melakukan protes keras. Walaupun pada akhirnya, pemberitaan BBC itu benar terbukti pleh pengadilan Swiss. Kuat dugaan bahwa gagalnya Inggris menjadi tuan rumah piala dunia adalah karena permufakatan penguasa FIFA dan jajarannya yang tersengat oleh berita panas BBC yang kebetulan dari Inggris.
Jika kita kilas balik ke masa-masa PSSI era Nurdin, masuk akal juga pemikiran bahwa tubuh FIFA cukup kotor dengan amis korupsi didalamnya. Pernyataan masyarakat banyak yang heran mengapa Nurdin tetap bisa menjabat Ketum PSSI meskipun statusnya sudah narapidana korupsi masih tetap diijinkan FIFA untuk menjabat? Padahal, dalam statusnya jelas disebutkan bahwa haram bagi pelaku kejahatan untuk menjabat di badan-badan sepakbola di bawah FIFA, termasuk PSSI di dalamnya. Tidak hanya itu, Nurdin bahkan 'diijinkan' untuk menjadi calon Presiden AFC. Ada apa ini? Apakah FIFA juga menerima aliran upeti panas dari PSSI lama? Jika melihat track record kebiasaan FIFA sejak tahun 1970-an terkait upeti dari pihak berkepentingan, sepertinya...
sumber : buku konspirasi karya Alfred Suci


0 comments:
Post a Comment