OCCUPY WALL STREET: Gerakan Jijik pada Kapitalisme


Konspirasi - Dimana simbol kapitalisme terbesar di dunia? Wall Street adalah bursa keuangan di New York, AS yang mengendalikan perputaran uang Amerika dan bahkan jejaringnya sudah menyebar ke hampir seluruh bursa keuangan dunia.

Dari tempat inilah 1% manusia terkaya Amerika mengendalikan nasib 99% rakyat lainnya. Hanya 400 orang kaya Amerika yang mengatur dompet 150 juta warga AS lainnya (Majalah Forbes). kondisi ini merata terjadi di seluruh dunia yang menganut satu paham global atau kapitaslime. Orang pernah berujar, pada satu masa seluruh peradaban dunia akan menuju ke peradaban American Dream. Peradaban inilah yang diyakini sebagai tujuan yang terbaik. Peradaban kapitalis. Di luar itu hanyalah utopia yang tak mungkin.

Kita di luar Amerika berpikir bahwa rakyat bangga akan jargon American Dream yang menjadi impian peradaban bangsa-bangsa lain, tetapi peristiwa yang bermula di 17 September 2011 lalu membuka mata bangsa-bangsa bahwa rakyat Amerika pun jijik dengan sistem kapitalisme yang mereka anut. Sistem ini telah membuat jurang perbedaan kaya dan miskin yang begitu lebar. Hari ini, Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki tinggi rasio gini(metode pengukuran ketidakmerataan distribusi penduduk) tertinggi. Hampir mencapai skala 5. Semakin mendekati skala 5 semakin lebar kesenjangan ekonomi dan semakin tidak merata distribusi pendapatan golongan mampu dan yang tidak mampu. Indonesia sendiri sudah mencapai skala 4. Hari itu di Zuccotti Park, distrik keuangan Wall Street, revolusi pun disulut ribuan rakyat Amerika Serikat dan Kanada. Gerakan itu dijuluki Occupy Wall Street (Duduki Wall Street) sebagai simbol paling angguh kapitalisme di AS.

Di bursa keuangan itulah, para spekulan, investor, dan para bankir berkonspirasi mengutak-atik perekonomian dunia demi keuntungan segelintir kelompok super kaya yang menghantam negara-negara miskin, bodoh, dan korup namun kaya sumber daya. Para elit ini tak memiliki empati atas kemiskinan orang lain, yang penting adalah bagaimana meraup dolar dan menguasai sumber-sumber daya bangsa lain sebanyak-banyaknya. Dari Wall Street pula gagasan-gagasan liar dan taktik-taktik licik menyuap pejabat korup di Amerika dan seluruh dunia.

Isu kapitalisme yang dibakar oleh Occupy Wall Street mempunyai sebuah slogan, yaitu "We are the 99%" segera saja menular ke seluruh dunia. Cape Town, Durban, Johannesberg, Tokyo, Hongkong, Roma, Taiwan, Berlin, Frankfurt, Washington, Spanyol, Melbourne, dan banyak lagi kota-kota yang selama ini kita cap sebagai kapitalisme, ternyata memiliki rasa muak yang sama terhadap sistem kapitalisme "Wall Street." Gerakan pun bertransformasi menjadi Occupy Together. Sisi lain, para kapitalis itu justru lalai membayar pajaknya secara jujur dan benar, plus otak korup negara membuat rakyat yang seharusnya menikmati kesejahteraan bersama justru tersuruk dalam kemiskinan yang lestari.

Dunia mulai menyadari bahwa peradaban American Dream hanyalah propaganda. Kehidupan mewah dan mentereng bangsa Amerika dibiayai hutang yang nilainya berlipat-lipat dan besar pendapatan domestiknya. Peradaban American Dream lebih besar pasak dari pada tiang. Corong kapitalisme itu mulai redup seiring krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda negeri Paman Sam itu. Pertanyaannya adalah, "Haruskah kita ikut terjebak dalam arus besar American Dream yang dikendalikan dari Wall Street? Tempat diraciknya segala konspirasi kejahatan ekonomi dunia.

0 comments:

Post a Comment