Invasi Pluralisme
Tak heran jika sekarang kita sering mendengar kalimat-kalimat, "Tuhan kita sama kok, jalan menuju-Nya saja yang berbeda. Yang penting berbuat baik saja, apapun agamamu pasti Tuhan melihat kebaikanmu itu. Bukan agama yang penting, tapi apakah engkau percaya sama Tuhan, itu yang utama. Apapun agamamu, semua pasti mengajarkan kebaikan." Menyejukkan memang mendengarnya.
Tapi benarkah pemikiran ini ? jangan-jangan ini hanya salah satu kedok gerakan neo-zionis dengan mengusung konsep pluralisme yang menyejukkan sisi humanis. Tapi, sesungguhnya ada misi yang ingin meruntuhkan semua sekat-sekat agama pada manusia. Satu tujuan, satu keyakinan, dan satu pemerintahan adalah NEW WORLD ORDER!
Bukakn tanpa alasan kita khawatir dengan fenomena yang mulai masif terjadi disekitar kita. Generasi muda (bahkan banyak generasi tua) yang mulai percaya bahwa manusia tidak lagi dipisahkan olleh keyakinannya. Tidak ada lagi eksklusivitas agama karena pada dasarnya semua agama adalah sama. Hanya ada satu Tuhan yang kita panggil dengan nama-nama yang berbeda. Hati-hati jika sudah masuk pada arus pemikiran ini, artinya New World Order sudah semakin dekat pada cita-citanya. Zionis semakin mendekati mimpinya untuk meluluhlantakkan agama-agama yang ada, sesuai dengan cita-cita yang tertulis secara tegas dalam Protocol of Zion.
Anda mungkin bertanya, "Apa yang salah dengan pluralisme? Bukankah itu bagian dari toleransi agama? Jawabannya adalah, kita telah disesatkan dengan permainan kata pluralitas dengan pluralisme. Pluralitas adalah fakta bahwa manusia itu berbeda-beda, tidak hanya secara fisik, namun juga keyakinannya. Islam, Kristen, Hindu, Budha, bahkan agama Yahudi sendiri tidak mengingkari perbedaan ini. Agama yang toleran adalah ketika pemeluknya tidak memaksakan agamanya, tidak mengganggu pemeluk agama lain atau bahkan membunuh mereka yang berbeda keyakinan. Itulah inti dari toleransi pada pluralitas. Namun pluralisme adalah gerakan menyamaratakan semua agama, Tuhan, dan keyakinan. Agama menjadi tidak penting, karena hanya menjadi simbol yang mati. Jadi jangan heran jika suatu ketika anda mndengar bahwa berpindah agama bukan berarti murtad atau bahkan kafir. Jangan kaget ketika suatu saat seorang (yang mengaku) muslim ikut bernyanyi di gereja. Atau sebaliknya, seorang nasrani, atas nama toleransi, akan ikut sholat jumat di Masjid. Kenapa? Ya, karena sudah terbentuk suatu agama baru bernama pluralisme. Yang tak menganggap bahwa dengan cara apapun ibadah dilakukan, yang disembah tetap yang itu-itu juga! Padahal Tuhan kita tidak sama. Orang nasrani tidak mengenal Tuhan kaum muslimin yang Maha tunggal. Kaum muslimin pun tak mengenal Tuhan umat nasrani yang tri-tunggal.
Majelis Ulama Indonesia melalui fatwa pada tahun 2005 secara tegas sudah mengharamkan gerakan pluralisme dan sejenisnya, termasuk liberalisme (menuhankan akal pikiran manusia) dan sekularisme (memisahkan antara urusan dunia dengan agama). Paus Yohannes Paulus II pada tahun 2000 mengeluarkan dekrit "Dominus Jesus" Dekrit itu menolah pluralisme dan kembali mengatakan bahwa yesus adalah satu-satunya juru selamat umat katolik. Tahun 2006, sebuah penerbit media agama Hindu mengeluarkan buku berjudul, "Semua agama tidak sama".
Apa yang dilarang pemuka agama itu menjadi tanda yang terang bahwa mereka telah melihat ada gerakan yang menghipnosis polapikir masyarakat dunia pada cara pandang tentang agama terhadap akhir zaman. Cara yang paling ampuh tentu saja melalui gerakan dan organisasi sosial kemanusiaan yang sengaja dibentuk untuk mengaburkan misi keji yang sesungguhnya. Humanisme manjadi yang segalanya. Bahkan hak Tuhan dinomorduakan apabila dirasakan itu "menyakiti" kemanusiaan. Pertanyaannya kemudian, ada dimana posisi anda sekarang?


0 comments:
Post a Comment